Kamu sama dengan teks lagu Kupu-Kupu Malam yang pernah kau nyanyikan,” ada yang benci dirinya, ada yang butuh dirinya…”
Aku membencimu sejak album pertama Peterpan keluar. Lagu yang mendayu, tidak gahar dan melambai membuatku enggan mendengar kau bernyanyi. Maaf. Jangan kawatir aku tidak punya niatan melukaimu. Aku hanya tidak suka sebutan rock star yang dilekatkan padamu.
Aneh, akhir-akhir ini perasaanku padamu berubah.
Sejak video dugaan dirimu dengan perempuan-perempuan mirip Cut Tari dan Luna Maya beredar, aku mulai memujamu. Bukan karena permainanmu yang gahar diatas ranjang. Bukan juga karena wajahmu yang mirip tukang rujak bernama Darman yang sering lewat depan kosku namun nasibmu sebaik Don Juan tetapi karena engkau, aku mengenal diriku lebih jauh.
Aku ternyata munafik. Aku ingin sekali melempar kepalamu dengan batu tetapi diam-diam aku mengunduh videomu. Aku mengikuti pemberitaan mengenai kasusmu. Aku menduga-duga siapa lawan mainmu berikutnya. Selamat Ariel, engkau memang hebat! Ruang-ruang dalam pikiranku kubuka untukmu. Membiarkan engkau masuk dengan segala perilakumu. Namun, ketika engkau dikutuk aku juga ikut menghujatmu. Benar kan, aku munafik?
Aku ternyata tertarik dengan kesulitan hidup orang lain. Kau tampil di layar televisi dengan muka kusut, tudingan bermacam-macam, penolakan di beberapa daerah dan nasib grupmu yang tak menentu karena sikapmu. Aku bersorak-sorak karena akhirnya kau mendapatkan ganjaran karena ulahmu. Lihat, benar kan, aku suka melihat orang lain menderita? Padahal, kau menderita atau bahagia itu tidak ada dampaknya untuk aku.
Aku ternyata ceroboh. Karena engkau aku tahu bahwa selama ini aku juga menggunakan teknologi untuk hal-hal asusila meskipun tidak separah kelakuanmu. maaf. Kau juga menggiringku kepada peristiwa serupa beberapa tahun lalu. Ingat kan? Ada calon menteri agama dengan penyanyi dangdut, anggota DPR dengan sekretarisnya. Lihat, mereka terkenal karena kecerobohannya. Aku belajar darimu dan mereka ril. Aku belajar supaya lebih berhati-hati dengan pedang bermata dua bernama teknologi.
Ril, melalui masalah aku tumbuh dan jatuh. Kasus video ehm-ehm mu cukup buatku. Kau menunjukkan bagaimana wajahku coreng moreng karena kemunafikan, kecerobohan dan ketertarikan akan kesulitan hidup orang lain. Kau memang hebat! Kau membuka pintu pikiranku untuk menelusur siapa sebenarnya diriku. Jari telunjukku menudingmu dengan tajam tetapi jari tengah, jari manis dan jari kelingkingku menunjuk ke diriku sendiri. Ini saatnya interospeksi Bung! Begitu kira-kira jika jari-jari itu bisa berkata-kata. Lalu jempolku menuju ke arah yang berbeda. Cukup bung! Ini saatnya memikirkan urusan lain yang lebih penting. Begitu kira-kira jika jempolku bisa berbicara.
0 komentar:
Posting Komentar