"nduk" (2)

---

Bis berjalan pelan meninggalkan bagunan yang terbuat dari bambu dan beratap anyaman daun nipah tempat dimana hampir seperempat hari aku menunggu,.
Pelan,,..meninggalkan bulatan-bulatan tanah,,.meninggalkan ombak-ombak kecil yang berkejaran menuju tepian kali,. Meninggalkan jalan yang sangat aku kenal,. Meninggalkan dermaga,..
Disampingku duduk seorang pemuda bercelana pendek dan berkaos oblong warna hitam yang bertuliskan ’jogja’,.

”Mau ke jawa dik..?”

Iye kak...
Kakak nak kmane..?

Ke jogja..
Wes,. Nganggo boso jowo wae...
Jawanya mana,.?

Kendal kak,..

Oo,..kendal,…

Di bertanya panjang lebar tentang tempat tujuan ku itu,. Dan selalu aku jawab
”aku juga belum tau kak”..
Terahir aku ke sana waktu kelas lima SD...

Obrolan pun mengalir,.aku sedikit terhibur,. Iagatanku tak lagi di penuhi bulatan-bulatan tanah,,. ombak-ombak kecil yg berkejaran menuju tepian kali,. jalan dan dermaga,..

Pagi sekali,.skitar jam stengah enam,. Bis berhentai di sebelah jembatan,.aku turun dari bis dengan kepala agak pusing,. Berjalan mengekor bapak ku menyebrangi jalan raya yang mulai ramai dengan lalu-lalang kendaran roda dua yang di kendarai oleh bocah-bocah berseragam,.
Aku menoleh ke kanan,.
Ah..jembatan,. di bawahnya mengalir kali yang airnya jernih,.
Begitu mudahnya aku mengingat bulatan-bulatan tanah,,. ombak-ombak kecil yang berkejaran menuju tepian kali,. jalan,. dan dermaga,. Yang rasanya baru semenit yang lalu aku lihat,.
Kami terus berjalan,. Masuk ke sebuah jalan menuju perkampungan,. Aku masih ingat,.di jalanan ini dulu aku pernah bersepeda,. Sepeda mini baru milik anaknya ”pak de”, dan terjatuh di dekat tikungan yang saat ini sedang aku lalui,.

Sore,. Sehabis mandi,. Aku berjalalan menuju ke kali,.duduk di atas batu,. Kulemparkan batu-batu kecil bulat ke air kali,. Aku menoleh ke belakang,.asing sekali,.semuanya tak ku kenali,.tidak seperti dua hari yang lalu,.ketika aku menoleh ke belakang aku melihat jalan yang sangat-sangat aku kenali,. Bahkan samapi aroma taahnya,. Tapi sekarang,. Ketika aku menoleh ke belakang aku hanya melihat ke asingan yang teramat sangat,.
Aku kembali melemparkan batu kecil bulat ke air kali,.

”kenapa kau tak datang ”nduk”..?”
Padahal aku sangat ingin melihat senyum mu,. Atau kalau kau tak mampu tersenyum,. Tangismu pun tak mengapa,.

---